JAKARTA, APACERITA — Militer Korea Selatan (Korsel) melepaskan tembakan peringatan ke udara setelah tentara Korea Utara (Korut) melintasi perbatasan di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara tersebut pada Minggu (10/6/2024) siang waktu setempat.
Insiden itu terjadi di tengah ketegangan tinggi akibat balon pembawa sampah Pyongyang dan kampanye propaganda melalui pengeras suara Seoul.
Menurut keterangan Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, seperti dikutip dari kompas tv, Rabu (12/6/2024), sekitar pukul 12.30 siang waktu setempat, sekelompok tentara Korea Utara melintasi Garis Demarkasi Militer di dalam DMZ.
“Beberapa prajurit Korut yang bekerja di DMZ (Zona Demiliterisasi) di bagian tengah depan melintasi Garis Demarkasi Militer dengan singkat,” kata JCS seperti dikutip dari AFP.
Tak tinggal diam, tentara Korea Selatan segera menyiarkan peringatan dan menembakkan tembakan ke udara untuk menanggapi pelanggaran itu.
Para tentara Korea Utara tersebut kemudian kembali ke sisi perbatasan mereka setelah tembakan peringatan tersebut.
“Setelah militer kami mengeluarkan siaran peringatan dan tembakan peringatan, mereka mundur ke utara,” terangnya.
Propaganda Pengeras Suara dan Balon Berisi Sampah
Ketegangan dua korea ini kembali memanas dimana sebelumnya Seoul menyiarkan siaran melalui pengeras suara yang ditujukan ke Pyongyang. Hal ini dilakukan sebagai peringatan karena Korut terus mengirim balon berisi sampah dan kotoran manusia (tinja) ke wilayah Korsel.
Siaran Seoul itu mencakup berita dunia dan informasi tentang masyarakat demokratis dan kapitalis, dengan campuran musik K-pop populer. Suaranya diyakini menempuh jarak lebih dari 20 kilometer (12,4 mil) ke Korut.
Korut pada Sabtu meluncurkan sekitar 330 balon berisi sampah; sekitar 80 di antaranya mendarat di perbatasan, menurut laporan militer Korea Selatan. Pada Senin, Korsel mengatakan 310 balon udara lainnya telah diluncurkan, dengan sekitar 50 balon mendarat di wilayahnya.
“Ini adalah awal dari situasi yang sangat berbahaya,” kata Kim, wakil direktur departemen di Partai Pekerja yang berkuasa, mengacu pada siaran pengeras suara Korea Selatan.
Pyongyang mulai mengirim balon udara berisi sampah dan pupuk, termasuk kemungkinan pupuk kandang, melintasi perbatasan pada Mei. Mereka dengan menyebutnya sebagai pembalasan atas selebaran anti-Korea Utara yang diterbangkan oleh aktivis Korsel sebagai bagian dari kampanye propaganda.
“Seoul tidak menginginkan ketegangan militer di perbatasan antar-Korea, dan Pyongyang tidak menginginkan informasi dari luar yang mengancam legitimasi rezim Kim. Bagi kedua belah pihak, ‘menaikkan ke de-eskalasi’ adalah usulan yang berisiko,” ucap Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, seperti dilansir dari Reuters.
Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) yang dipimpin Amerika Serikat (AS), yang mengawasi gencatan senjata yang menetapkan Zona Demiliterisasi antara kedua Korea saat pertempuran berakhir dalam Perang Korea 1950-1953, mengatakan sedang melakukan penyelidikan terhadap balon-balon tersebut, termasuk laporan tentang kemungkinan adanya bahan stiker dan produk limbah lainnya.
“Kami berharap semua orang akan duduk bersama untuk menyelesaikan masalah mereka,” kata juru bicara UNC, Kolonel Angkatan Darat AS Isaac Taylor.
Taylor mencatat bahwa sejak deklarasi Korut baru-baru ini bahwa penyatuan dengan Korsel bukan lagi tujuan, negara itu telah melakukan tindakan untuk “memperketat” batas-batasnya.
Seoul Tangguhkan Kesepakatan Militer antar Korea
Seoul menangguhkan sepenuhnya kesepakatan militer tahun 2018 untuk mengurangi ketegangan dengan Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, kata Dewan Keamanan Nasional (NSC) Korea Selatan, Senin (3/6), setelah Pyongyang mengirimkan ratusan balon berisi sampah melintasi perbatasannya.
Seoul menangguhkan sebagian perjanjian itu tahun lalu setelah Korea Utara menempatkan sebuah satelit mata-mata ke orbit. Namun, NSC mengatakan mereka akan meminta kabinet “untuk menangguhkan sepenuhnya efek ‘Perjanjian Militer 19 September’ hingga rasa saling percaya antara kedua Korea pulih.”
Dalam sepekan terakhir, Pyongyang mengirim hampir seribu balon yang membawa sampah termasuk puntung rokok dan kemungkinan kotoran hewan ke Selatan. Pyongyang mengatakan itu adalah pembalasan atas pengiriman pesan-pesan tertulis berisi propaganda antirezim yang diorganisir oleh para aktivis di Korea Selatan.
Korea Selatan menyebut provokasi terbaru dari negara tetangganya itu “tidak rasional” dan “kelas rendah” tetapi, tidak seperti serentetan peluncuran rudal balistik baru-baru ini, kampanye sampah ini tidak melanggar sanksi-sanksi PBB terhadap pemerintahan Kim Jong Un yang terisolasi.(rd)