apacerita.id, Jakarta – Jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan meski terjadi crypto winter pada market aset yang berkembang. Pertumbuhan ini menjadi pendorong untuk Indonesia masuk jajaran teratas pasar kripto global.
Bappebti mencatat jumlah investor kripto terdaftar hingga September 2022 mencapai 16,3 juta pelanggan. Itu dengan rata-rata peningkatan jumlah pelanggan terdaftar sekitar 692 ribu setiap bulan.
Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan investor pasar modal, yang pada 29 September 2022 hanya mencapai 9,76 juta orang.
Sementara, nilai transaksi perdagangan kripto di Indonesia pada Januari-September 2022 tercatat Rp266,9 triliun. Angka ini tercatat turun 57,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda berpendapat pasar kripto dalam negeri masih punya kesempatan yang besar untuk terus tumbuh.
Menurutnya, semakin banyak individu yang tertarik untuk berinvestasi di ruang kripto dan blockchain. Sekalipun mereka kurang familiar dengan aset digital.
“Pertumbuhan jumlah investor kripto dalam negeri terus meningkat, walau market sedang lesu. Artinya, banyak individu yang mulai tertarik dengan dunia investasi kripto dan blockchain. Namun, mereka masih butuh program edukasi yang berkelanjutan,” ujar Teguh dikutip, Sabtu (22/10/2022).
Mengutip laporan Toluna, Indonesia diproyeksikan masuk dalam jajaran pasar kripto teratas global dalam enam bulan ke depan.
Indonesia yang digolongkan sebagai negara berkembang, punya sentimen positif terhadap aset kripto, dibanding negara maju.
“Pasalnya, orang-orang di pasar negara berkembang, seperti Indonesia, terus memiliki sentimen yang lebih optimistis mengenai kripto. Di sisi lain, opini terhadap kripto lebih skeptis di negara maju,” jelas Teguh.
Sejumlah negara yang diproyeksikan mengalami market kripto yang tinggi bersama Indonesia, yakni Thailand, UEA, India, Filipina, dan Brasil. (mdc/qr)