JAKARTA, APACERITA – Pemerintah Prabowo Subianto diprediksi bakal melakukan pembayaran bunga utang sebesar Rp552,9 triliun pada tahun 2025, menurut Buku II Nota Keuangan dan RAPBN 2025. Angka ini mengalami kenaikan 10,8% dibandingkan outlook tahun ini yang sebesar Rp499 triliun. Pembayaran bunga utang tersebut terdiri dari Rp497,62 triliun untuk utang dalam negeri dan Rp55,23 triliun untuk utang luar negeri.
Meskipun ada kenaikan, pertumbuhan pembayaran bunga utang pada 2025 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2024 yang mencapai 13,4% dibandingkan realisasi tahun 2023. Sejak 2020, pembayaran bunga utang pemerintah meningkat dari Rp314,1 triliun pada masa awal pemerintahan Jokowi, menunjukkan tren kenaikan lebih dari Rp200 triliun dalam lima tahun terakhir.
Perhitungan pembayaran bunga utang tahun 2025 mencakup bunga dari utang yang terakumulasi dari tahun-tahun sebelumnya dan memperhitungkan rencana pembiayaan utang untuk 2024 dan 2025. Faktor lain yang dipertimbangkan termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR).
Dalam RAPBN 2025, total belanja bunga utang sebesar Rp552,9 triliun akan menyerap 15,3% dari anggaran total sebesar Rp3.613,1 triliun, jumlah yang hampir tiga kali lipat dari anggaran kesehatan sebesar Rp197,8 triliun. Pembayaran ini hanya mencakup bunga utang, belum termasuk pembayaran utang pokok.
Kementerian Keuangan melaporkan bahwa utang jatuh tempo pada 2025 mencapai Rp800,33 triliun, terdiri dari Rp705,5 triliun untuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp94,83 triliun untuk pinjaman. Oleh karena itu, total kebutuhan untuk membayar utang pokok dan bunga utang mencapai Rp1.353,23 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa tingginya utang jatuh tempo pada 2025 merupakan akibat dari penarikan utang besar selama pandemi Covid-19 pada 2020, yang mencapai Rp1.229,6 triliun. Pemerintah juga merencanakan penarikan utang baru sebesar Rp775,9 triliun untuk membiayai APBN 2025, dengan defisit anggaran diperkirakan sebesar 2,53% dari PDB, setara dengan Rp616,2 triliun, lebih tinggi dari target defisit tahun ini sebesar 2,29% atau Rp522,8 triliun. (nz)