Rusia bakal tempatkan kembali patung Lenin di Kota Melitopol

Patung pendiri Uni Soviet, Vladimir Lenin. (Foto/AP)

MOSKOW, apacerita – Rusia akan meletakkan kembali patung pendiri Uni Soviet, Vladimir Lenin, di kota Melitopol, Zaporizhzhia, Ukraina. Kota tersebut kini berada di bawah pendudukan Rusia.

Patung Lenin di Melitopol dilengserkan pada 2015, yakni sekitar setahun pascapecahnya revolusi pro-Uni Eropa di Ukraina. Kepala wilayah Zaporizhzhia yang dilantik Moskow, Vladimir Rogov, mengunggah foto para pekerja yang kembali menempatkan patung Lenin di Melitopol, Sabtu (5/11/2022).

Bacaan Lainnya

“Setelah tujuh tahun patung Vladimir Lenin telah kembali ke tempatnya di Melitopol,” kata Rogov, dikutip dari Alarabiya, Ahad (6/11).

Hampir semua kota di Rusia memiliki patung Lenin di alun-alun atau pusatnya. Melitopol direbut Rusia tak lama setelah mereka melancarkan agresi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Konflik yang tengah berlangsung antara Rusia dan Ukraina saat ini tak terlepas dari krisis pada 2014. Kala itu, mantan presiden Ukraina Viktor Yanukovych digulingkan rakyat Ukraina.

Hal tersebut terjadi karena Yanukovych menolak bergabung dengan pakta perdagangan Uni Eropa. Yanukovych justru meminjam bantuan finansial kepada Rusia. Yanukovych pun menerima tawaran Moskow untuk bergabung dengan serikat pabean Eurasia. Rakyat Ukraina tak puas dengan keputusan tersebut dan menggelar demonstrasi selama sekitar tiga bulan hingga berujung pada penggulingan Yanukovych.

Saat Ukraina membentuk pemerintahan baru, Rusia mengerahkan pasukannya ke Krimea. Presiden Vladimir Putin mengatakan langkah itu dilakukan untuk melindungi warga etnis Rusia di wilayah tersebut yang terancam oleh rezim baru Ukraina.

Kelompok oposisi dari pemerintahan Yanukovych mengecam aksi Rusia. Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat (AS) turut mengkritik keras pengerahan pasukan Rusia ke Krimea.

Di tengah situasi demikian, otoritas Krimea menggelar referendum tentang reunifikasi dengan Rusia. Sebagian besar pemilih (96,7 persen di Krimea dan 95,6 persen di Sevastopol) mendukung gagasan tersebut.

Jumlah warga yang berpartisipasi dalam proses referendum mencapai 80 persen. Pada Maret 2014, Putin menandatangani perjanjian tentang reunifikasi Krimea dengan Rusia.

Perjanjian diratifikasi oleh Majelis Federal Rusia pada 21 Maret 2014. Namun, Ukraina menolak mengakui kemerdekaan Krimea dan keputusannya bersatu kembali dengan Rusia. Komunitas internasional pun memandang langkah Rusia di Krimea sebagai bentuk aneksasi atau pencaplokan. (rpb/qr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *